Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nirwana Laila Sebuah Cerpen (bag 1)

Cerpen Nirwana Laila. Laila meloncat-loncat kegirangan, berputar lalu menari menyambut sahabatnya yang telah bertengger di atas dudukan jendela kamarnya. Rambut yang terikat dia lepaskan terurai. dia mulai mengerakkan tubuhnya yang elok. Kebisingan kota sedikit mereda. lukisan neraka telah separuh memudar, saat malam menghampirinya. Pohon-pohon bergerak pelan oleh hembusan angin yang tentram. Lalu mulailah perbincangan antara Laila dan malam.

Sedari dulu, Laila ingin melihat Nirwana. Dimana penghujan menjadi musim kenangan. apakah Laila bisa mewujudkan impiannya di antara bising kendaraan, suara yang ngorol-ngidul, lalu antrean panjang? Laila hanya gelisah, muram memandangi malam, jika pertanyaan itu berulang dibenaknya. Padahal baru semalam pertanyaan serupa menjadi pangkal kesedihannya.

“Laila adalah seorang gadis remaja yang selalu murung, bagaimana mungkin dia kita titipkan di desa bersama neneknya.” ucap ayah Laila sedikit cemas.

“Mungkin dia lebih senang di desa. lihatlah, dia selalu meridukan kesunyian” ucap ibunya menimpali.

Perselisihan pasangan suami-istri itu hanya menjadikan Laila semakin jauh dari impiannya. Bukan hanya sekali itu Laila mendengarkan pertengkaran antara kedua orang tuanya.

Dimana ada hujan di situ ada Laila, dimana ada malam di situ ada Laila. Hujan dan malam menjadi teman sejati Laila. Lalu bagaimana kalau musim kemarau? Laila pasti akan murung sepanjang musim, menunggu temannya yang pergi ke entah-berantah. Hanya malamlah teman paling sejati.

Pada suatu siang ibunya membawa Laila ke suatu tempat perbelanjaan. dimana orang-orang asik memilih-milih sesuatu untuk di beli. Banyak anak remaja seumuran Laila mencoba beberapa pakaian lalu membelinya. Ada juga yang memilih-milih boneka yang dipajang. Tapi, Laila hanya murung, kadang merengek minta pulang. Hal itu membuat ibu Laila sedih melihat putri semata wayangnya itu tidak pernah ceria.

“Mungkinkah Laila memiliki kelainan?” ucap ibu Laila kepada ayahnya.

“Ya, mungkin saja. tapi kita biarkan saja. mungkin suatu saat Laila akan kembali seperti anak normal lainnya.” Ayah Laila tak begitu perduli tehadap keresahan istrinya.

Sejak Laila memahami arti kehidupan dia lebih sering menyendiri. Berbeda dengan teman-temannya, yang lebih suka bermain. Sepulang sekolah Laila langsung pulang kerumah, makan dan mengurung diri di kamar, mencari kesunyian. Itulah setiap hari yang di lakukannya. Jika malam tiba, dia membuka jendela kamar, lalu bermain-main dengan malam, berkejar-kejaran dengan angin malam. tanpa seorang manusia lain, selain Laila.

Selesai bermain Laila tidak pernah lupa mengerjakan tugas-tugas sekolah. Jika malam telah bersamanya, rasa gelisah melepuh dari jiwanya. Tak ada duka yang mengembara, hanya suka yang bergelimang.

Laila seorang anak yang pintar, dia selalu mendapat peringkat di sekolahnya. Hal itulah yang membuat kedua orang tua Laila banggga terhadap Laila, dan menghilangkan anggapan bahwa Laila memiliki kelainan... Bersambung Nirwana Laila Sebuah Cerpen (bag 2).

Cerpen Lainnya

4 komentar untuk "Nirwana Laila Sebuah Cerpen (bag 1)"

  1. baca cerpennya enak juga mas,he he...lama ga' disuguhin kayak gini.suguhannya bisnis melulu di internet

    BalasHapus
  2. hem ... asik juga lama lama di mari, baca baca cerpen di mari tuk menghilangkan penaty seharian di dunia nyata :(

    BalasHapus
  3. lama gak baca cerpen, asyik juga, ditunggu sambungannya

    BalasHapus